Minggu, 26 Februari 2012

Pilih Yang Mana?

Suatu hari, ada seorang pengelana yang sering sekali merasa optimis dengan apa yang dia lakukan, namun dia tidak tahu mengapa dia optimis dan apa akibat bila tidak melakukan apa yang ingin dia lakukan. Maka bertanyalah dia kepada seorang yang dikenalnya begitu dekat dengan dunia nasihat.

A : Bapak, sebenarnya orang optimis itu salah tidak?

Penasihat : Tentu saja tidak, adikku. Memang ada apa denganmu?

A : Sebenarnya, saya itu orang yang pesimis, tapi dengan dihadapkannya oleh apa yang seakan menjadi kesempatan saya   untuk berkembang, diri saya menjadi optimis bahkan tidak pernah memikirkan apa akibat bila saya tidak mengerjakan itu, apakah merugikan atau menguntungkan.



Penasihat : Orang-orang yang pesimis mungkin anda pikir menjadi orang yang terlalu lemah atau bagaimana? Orang pesimis itu bukan orang lemah, tapi mereka sedang dihadapkan oleh sebuah pilihan dan merasa bimbang akan memilih manakah yang terbaik bagi dirinya. Dan ketika dirinya telah menentukan pilihan yang paling berat dilaksanakan oleh semua orang maka itulah jalan terbaik bagi dirinya.

A : Maksudnya, pak?

Penasihat : Maksud yang mana, ya?

A : Kata-kata bapak tadi?

Penasihat : Memangnya saya tadi berkata apa?

A : Goblog!!!

Penasihat : Oh, kamu baru sadar kalo saya goblog? Maksud saya begini, kalo anda menentukan apa yang menurut anda mudah, sedangkan orang-orang yang berada dibawah anda melakukannya begitu sulit, apakah anda tega untuk membiarkan mereka berusaha dengan hampanya? Jadi, pilihlah apa yang seharusnya anda lakukan bukan pilih apa yang anda inginkan. Karena terkadang keinginan dapat membuat kita larut dalam megahnya dunia, sedangkan dunia itu hanya sementara. Jadi kalau anda ingin hidup bahagia di kedepannya maka  pilihlah jalan apa yang dapat membuat anda berpikir lebih dewasa, karena dengan pilihan itu anda dihadapkan kepada kedewasaan yang lebih tinggi.

A : Jadi kalau seumpama kita dihadapkan masalah misalnya, antara pergi membeli minum & makanan sepuanya dengan tetap bekerja keras demi keberhasilan diri sendiri dan kebahagiaan orang lain dan makan minum secukupnya kita harus pilih yang kedua. Betulkan, pak?

Penasihat : Beetul itu.

A : Tapi pak, kalo kita nantinya merasa kecewa dengan apa yang kita pilih bagaimana?

Penasihat : Ok. Kalau begitu anda berjalanlah menuju ke arah barat sejauh 300 meter dan temukan ranting jatuh yang paling lurus, tapi ingat, jangan pernah dirimu untuk menengok kebelakang dan kembali kebelakang untuk mengambilnya. Dan setelah 300 meter, kembalilah kesini. Dan jangan lakukan apapun bila kau tak paham dan tidak perlu melakukannya.


Sang pengelana tadi berjalan ke arah barat. Setelah 300 meter, ia kembali ke tempat penasihat tadi.

Penasihat : Jadi apa yang kau dapat?

A : Tidak dapat, pak.

Penasihat : Untuk apa kau melakukan semua itu? Dan manakah ranting yang tadi aku minta?

A : Ketika saya berjalan, saya menemukan satu ranting, hanya satu ranting, dan saya pikir di depan masih ada lagi yang lebih lurus, jadi saya lewat tanpa pikir dan melanjutkan perjalanan. Namun, apa daya ternyata 300 meter berjalan tidak ada yang dapat saya ambil karena semua sudah saya lewatkan.

Penasihat : Nak, ketika kau menghadapi sebuah pilihan mengambil ranting atau tidak adalah kau dihadapkan dengan situasi yang segera kau lakukan. Dan ketika kau kembali ke sini, kau menyesal dikarenakan kau tidak memperhatikan apa yang paling kecil yang harus dipertimbangkan. Kalau menurutmu ranting masih ada banyak, lalu mengapa kau lebih baik tidak mengambilnya saja?

A : Karena saya mau pilih (hidup) yang pilih dan jalani tanpa mumet-mumet dan takut untuk kecewa.

Penasihat : Orang takut itu berarti ia tidak berani, betulkan? Maka kau belumlah mencapai apa yang dinamakan Optimis. Tentukan takdirmu sendiri, semua itu punya kesempatan sama dalam menentukan apa yang harus mereka butuhkan. Bukan masalah dirimu harus memikirkan senang di depannya dengan berjalan menikmati apa yang terjadi, tapi berusahalah membanting tulang tentukan apa yang sebenarnya harus kau lakukan bukan yang kau inginkan. Kalau dirimu merasa sulit sekali menentukan pilihan di dunia, di akhirat nanti anda sudah tidak dapat menentukan pilihan. Maka jadilah pribadi yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, teman, dan masyarakat umum. Lakukan apa yang kau harus lakukan demi untuk beribadah dan bukan untuk memperkaya diri atau untuk menyenangkan dirimu sendiri. Karena kalau salah niat, sama saja akan percuma dalam hidupmu.

A : Tapi kan semua juga kembali pada diri kita sendiri kan, pak?

Penasihat : Ya, betul. Bahkan penasihat seperti saya bisa juga terpeleset dalam lubang yang sudah digali lagi oleh penghuni lubang tersebut. Jadi lakukanlah apa yang harus kau lakukan dan bukan apa yang kau inginkan, dan bekerja atau berusaha keraslah  untuk menentukan nasibmu, tapi terimalah apa yang sudah menjadi takdirmu.



TERIMA KASIH.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut